top of page

Mengelola Arus Kas untuk UMKM


Pengantar Arus Kas dalam UMKM

Dalam menjalankan usaha kecil atau menengah (UMKM), salah satu hal paling penting yang harus dijaga adalah arus kas. Sederhananya, arus kas itu seperti aliran uang yang masuk dan keluar dari usaha kamu. Jadi, setiap kali ada uang yang kamu terima dari penjualan, itu namanya pemasukan. Dan setiap kali kamu bayar sewa toko, beli stok barang, atau bayar gaji karyawan, itu namanya pengeluaran. Nah, kalau pengeluaran lebih besar dari pemasukan, usaha bisa tekor atau bahkan tutup.

 

Tapi kalau arus kasnya lancar, usaha bisa tumbuh dan terus jalan.

Banyak pelaku UMKM seringkali terlalu fokus pada keuntungan, tanpa sadar bahwa yang lebih penting adalah menjaga uang tunai tetap tersedia setiap saat. Misalnya, kamu punya keuntungan besar bulan ini, tapi semua uangnya masih dalam bentuk piutang (belum dibayar pelanggan), sementara kamu harus bayar supplier minggu ini juga. Kalau nggak ada uang tunai, ya tetap aja kamu bisa kesulitan. Itulah kenapa arus kas sering dibilang sebagai "nyawa" bisnis.

 

Mengelola arus kas bukan cuma soal mencatat pemasukan dan pengeluaran, tapi juga soal mengatur waktu kapan uang masuk dan kapan uang keluar. Contohnya, kalau kamu tahu ada tagihan besar yang harus dibayar tanggal 20, kamu bisa atur supaya penagihan ke pelanggan dilakukan sebelum tanggal itu. Jadi, kamu bisa pastikan uangnya cukup untuk bayar tagihan. Ini penting banget, apalagi buat UMKM yang dananya terbatas dan nggak punya cadangan dana besar.

 

Arus kas yang sehat juga bantu kamu ambil keputusan bisnis dengan lebih tenang. Misalnya, kamu lagi mikir mau beli mesin baru atau buka cabang kecil. Kalau kamu tahu arus kasmu stabil dan cukup, kamu bisa ambil keputusan itu dengan percaya diri. Tapi kalau ternyata uang yang masuk nggak pasti, lebih baik ditunda dulu sampai arus kas lebih aman.

 

Buat kamu yang baru mulai atau belum terbiasa mengelola arus kas, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mencatat semua pemasukan dan pengeluaran secara rutin. Bisa pakai buku tulis, Excel, atau aplikasi kasir yang sekarang banyak tersedia. Jangan cuma ingat-ingat di kepala, karena itu gampang banget kelupaan. Dengan pencatatan yang rapi, kamu bisa lihat pola uang masuk dan keluar, lalu bisa mulai bikin rencana keuangan bulanan.

 

Intinya, arus kas itu bukan hal yang rumit, tapi memang butuh perhatian khusus. Jangan anggap sepele, karena banyak UMKM yang tutup bukan karena usahanya nggak laku, tapi karena uangnya habis duluan sebelum tagihan lunas. Mulailah dari kebiasaan kecil seperti mencatat keuangan, memisahkan uang pribadi dan uang usaha, serta merencanakan pengeluaran. Dengan begitu, usaha kamu bisa berjalan lebih lancar dan tahan lama.

 

Jadi, sebelum kamu mikir soal ekspansi atau cari investor, pastikan dulu arus kas usahamu sehat. Karena percuma punya produk bagus dan banyak pelanggan kalau uangmu terus macet. Ingat, bisnis yang kuat dimulai dari keuangan yang tertata rapi.

 

Pentingnya Arus Kas Positif

Dalam menjalankan usaha, apalagi untuk UMKM, arus kas itu ibarat “napas” bisnis. Meskipun bisnis punya banyak pelanggan atau omzetnya besar, kalau arus kasnya berantakan, usaha bisa tetap susah jalan. Nah, arus kas positif artinya uang yang masuk ke bisnis lebih besar daripada uang yang keluar. Sederhananya, kamu lebih banyak menerima uang dari penjualan atau pemasukan lain, dibandingkan dengan yang kamu keluarkan buat bayar biaya operasional, gaji, cicilan, dan sebagainya.

 

Kenapa sih arus kas positif itu penting banget? Soalnya, ini tanda kalau bisnismu sehat dan punya ruang buat tumbuh. Dengan arus kas positif, kamu bisa bayar tagihan tepat waktu, beli stok barang tanpa utang, atau bahkan simpan dana cadangan buat kebutuhan mendadak. Bisnis jadi lebih stabil dan gak gampang goyang walau ada masalah kecil di jalan.

 

Sebaliknya, kalau arus kas negatif—alias lebih banyak uang yang keluar daripada masuk—bisnis bisa mulai kewalahan. Uang buat bayar supplier gak cukup, gaji karyawan ketunda, dan bisa-bisa harus pinjam uang ke sana sini. Kalau kondisi ini dibiarkan terus, usaha bisa jalan di tempat atau malah gulung tikar. Padahal, masalahnya bukan karena bisnis gak laku, tapi karena manajemen uangnya gak rapi.

 

Arus kas positif juga bikin kamu lebih leluasa buat ambil keputusan. Misalnya, kamu jadi berani ambil peluang diskon dari supplier karena ada uang tunai. Atau kamu bisa berinvestasi untuk beli alat produksi yang lebih efisien. Intinya, bisnis kamu bisa bergerak lebih fleksibel dan tidak selalu tergantung pada utang atau bantuan dari luar.

 

Buat UMKM, tantangan dalam menjaga arus kas itu biasanya datang dari pengelolaan pembayaran dan piutang. Contohnya, kamu sudah jual barang, tapi pembayarannya masih nyangkut karena pelanggan belum bayar. Ini bikin pemasukan tertahan, padahal pengeluaran jalan terus. Makanya, penting banget buat atur sistem penagihan yang jelas dan disiplin, supaya uang yang seharusnya masuk gak telat-telat.

 

Selain itu, pemilik UMKM juga harus pintar bedain mana pengeluaran penting dan mana yang bisa ditunda. Kadang kita tergoda beli perlengkapan tambahan, padahal belum tentu dibutuhkan sekarang. Lebih baik prioritaskan pengeluaran yang mendukung operasional harian dan menghasilkan pemasukan. Dengan begitu, arus kas tetap aman dan gak tekor.

 

Arus kas positif bukan cuma soal untung besar, tapi lebih ke soal bagaimana mengatur waktu keluar-masuknya uang. Kadang, meski untung banyak, tapi kalau pembayarannya molor dan pengeluaran gak dikendalikan, tetap aja bisa kekurangan dana. Jadi, jangan cuma fokus ke omzet, tapi perhatikan juga alur keuangan bisnis setiap hari, minggu, dan bulan.

 

Menjaga arus kas tetap positif itu sangat krusial buat kelangsungan UMKM. Uang yang lancar keluar masuk bikin usaha tetap hidup, bisa berkembang, dan siap hadapi tantangan. Mulailah dari hal sederhana: catat semua pemasukan dan pengeluaran, rencanakan anggaran bulanan, dan jangan takut menagih hak kamu dari pelanggan. Dengan begitu, bisnis kecilmu bisa tumbuh jadi lebih kuat dan tahan banting.

 

Komponen Arus Kas: Masuk dan Keluar

Arus kas itu ibarat aliran uang keluar-masuk di dalam bisnis. Buat UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), memahami arus kas itu penting banget, karena ini yang jadi dasar buat tahu bisnis sehat atau nggak. Gampangnya, arus kas itu dibagi dua: arus kas masuk (uang yang diterima) dan arus kas keluar (uang yang dikeluarkan). Nah, kita bahas satu-satu, ya.

 

1. Arus Kas Masuk: Uang yang Diterima

 

Arus kas masuk itu semua uang yang masuk ke usaha kita. Biasanya yang paling umum adalah dari hasil penjualan produk atau jasa. Tapi nggak cuma itu, ada juga sumber lain yang bisa bikin uang masuk ke kas usaha, seperti:

 

- Penjualan barang/jasa: Ini yang utama, uang dari pelanggan yang beli produk atau pakai jasa kita.

- Piutang yang dibayar: Kalau sebelumnya jualan pakai sistem utang, terus pelanggan bayar, itu juga termasuk arus kas masuk.

- Pendapatan lain-lain: Misalnya dapat uang dari sewa alat, kerjasama dengan mitra, atau bonus.

- Pinjaman atau modal tambahan: Kalau usaha dapat pinjaman dari bank atau suntikan modal dari investor, itu juga tercatat sebagai kas masuk.

 

Intinya, arus kas masuk ini semua uang yang bisa dipakai buat jalankan usaha. Tapi jangan senang dulu kalau kas masuk gede, karena kita juga harus lihat kas keluar.

 

2. Arus Kas Keluar: Uang yang Dikeluarkan

 

Arus kas keluar itu semua uang yang keluar dari usaha kita buat operasional. Ini penting banget dicatat, supaya kita tahu ke mana aja uang pergi. Beberapa contoh arus kas keluar antara lain:

 

- Pembelian bahan baku: Kalau kamu punya usaha kuliner, misalnya, beli beras, daging, atau bumbu, itu masuk kas keluar.

- Gaji karyawan: Kalau kamu punya pegawai, bayar gaji bulanan itu termasuk pengeluaran.

- Sewa tempat atau listrik-air: Tagihan rutin kayak sewa ruko, listrik, dan air juga harus dicatat.

- Pembayaran utang: Kalau kamu punya cicilan usaha, bayar cicilan itu masuk kas keluar.

- Pengeluaran tak terduga: Misalnya harus perbaiki alat kerja, atau biaya tambahan operasional.

 

Nah, sering kali UMKM cuma fokus ke berapa banyak uang masuk, tapi lupa mengatur yang keluar. Padahal, bisa saja uang masuknya besar, tapi kalau keluar lebih besar, lama-lama bisa tekor.

 

Kenapa Harus Dipantau?

 

Kalau arus kas nggak dikelola dengan baik, kita bisa kehabisan uang tunai, padahal bisnis masih jalan. Bayangkan, pelanggan banyak, penjualan bagus, tapi uangnya nggak ada buat bayar gaji atau beli bahan. Ini bisa bahaya banget. Makanya, penting banget bikin catatan arus kas sederhana tiap bulan.

 

Dengan mencatat uang masuk dan keluar secara rutin, kita bisa tahu:

- Bisnis untung atau rugi secara tunai

- Kapan harus hemat

- Kapan bisa ambil peluang ekspansi

 

Mengelola arus kas itu bukan soal rumus ribet, tapi soal disiplin nyatet dan ngerti alurnya. Selama kita tahu dari mana uang datang dan ke mana uang pergi, kita bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan bisnis. Arus kas yang sehat = bisnis yang bertahan lama. Jadi, yuk mulai disiplin kelola arus kas dari sekarang!

 

Membuat Proyeksi Arus Kas

Dalam bisnis UMKM, salah satu hal penting yang sering bikin pusing adalah soal arus kas atau cash flow. Banyak usaha kecil untung secara hitungan kertas, tapi tetap kehabisan uang di tangan. Kenapa? Karena mereka nggak punya gambaran jelas tentang kapan uang masuk dan kapan harus keluar. Nah, di sinilah pentingnya bikin proyeksi arus kas.

 

Apa itu proyeksi arus kas?Simpelnya, ini adalah perkiraan tentang berapa banyak uang yang akan masuk dan keluar dari bisnismu dalam periode tertentu—bisa mingguan, bulanan, atau tahunan. Jadi, kamu bisa lihat apakah keuanganmu bakal aman, atau justru bakal "tekor" di tengah jalan.

 

Kenapa harus bikin proyeksi arus kas?Banyak UMKM jalan tanpa perencanaan keuangan yang jelas. Kadang ada pemasukan besar di satu minggu, tapi minggu berikutnya harus bayar gaji, beli stok, dan biaya operasional lainnya—eh, ternyata dananya udah habis duluan. Nah, kalau kamu punya proyeksi arus kas, kamu bisa atur strategi: kapan bisa belanja, kapan harus hemat, bahkan kapan saat yang tepat untuk ambil pinjaman atau promo besar-besaran.

 

Langkah-langkah membuat proyeksi arus kas:

1.    Catat semua pemasukan yang diperkirakan masuk.Misalnya, dari penjualan harian, piutang pelanggan (yang akan bayar minggu depan), atau pendapatan lainnya. Tulis semuanya dengan realistis, jangan terlalu optimis.

2.    Tuliskan semua pengeluaran yang akan datang.Mulai dari gaji karyawan, bayar sewa, listrik, beli bahan baku, ongkos kirim, sampai hal-hal kecil seperti pulsa bisnis atau makan tim. Semuanya harus dicatat.

3.    Buat jadwal waktu pemasukan dan pengeluaran.Jangan cuma catat nominal, tapi juga kapan uang masuk dan keluar. Misalnya, kamu tahu invoice dari klien A baru akan cair tanggal 15, tapi kamu harus bayar supplier tanggal 10. Dari sini kamu bisa siap-siap cari solusi sementara.

4.    Hitung saldo kas mingguan atau bulanan.Setelah semua dicatat, kamu bisa lihat: “Oh, minggu ketiga saya kelebihan uang, tapi minggu keempat bisa minus.” Nah, dari sini kamu bisa atur strategi: misalnya tahan dulu belanja barang atau percepat penagihan dari pelanggan.

5.    Revisi dan pantau terus.Proyeksi arus kas itu bukan buat sekali doang. Kamu perlu update terus tiap minggu atau bulan, karena kondisi bisnis bisa berubah. Apalagi kalau ada promosi, musim ramai, atau malah penurunan penjualan.

 

Tips tambahan:

· Gunakan alat bantu sederhana seperti Excel atau Google Sheets. Banyak juga aplikasi UMKM yang bisa bantu bikin proyeksi arus kas otomatis.

·  Selalu siap punya dana cadangan, minimal untuk operasional satu bulan ke depan.

· Kalau kamu merasa kesulitan, bisa minta bantuan dari konsultan keuangan atau ikut pelatihan UMKM.

 

Jadi intinya, proyeksi arus kas itu kayak peta jalan buat bisnis kamu. Dengan peta ini, kamu tahu kapan harus tancap gas dan kapan harus ngerem. Walau kelihatan ribet di awal, tapi kalau rutin dilakukan, dijamin bisa bantu bisnis kamu tetap sehat dan jalan terus.

 

Alat dan Aplikasi Pengelolaan Arus Kas

Mengatur arus kas itu ibarat menjaga jalan masuk dan keluar uang di usaha kita tetap lancar. Buat UMKM, ini penting banget supaya bisnis tetap jalan, nggak macet di tengah jalan gara-gara uang habis atau enggak cukup buat bayar kebutuhan. Nah, biar lebih gampang dan rapi, sekarang sudah banyak alat dan aplikasi yang bisa bantu kita ngatur arus kas secara praktis dan efisien. Jadi, enggak perlu ribet pakai buku catatan manual terus-menerus.

 

Pertama, ada aplikasi pencatatan keuangan seperti Mekari Jurnal, Accurate Online, dan Bukuwarung. Aplikasi-aplikasi ini bisa membantu kita mencatat pemasukan dan pengeluaran harian secara otomatis. Misalnya, setiap kali kita menerima pembayaran dari pelanggan, atau beli bahan baku, semua datanya bisa langsung masuk ke sistem. Kita juga bisa lihat laporan harian, mingguan, sampai bulanan buat tahu kondisi keuangan usaha secara keseluruhan.

 

Kalau usaha kita jualan online di banyak tempat (seperti Shopee, Tokopedia, sampai Instagram), kita juga bisa pakai Point of Sale (POS) modern seperti Moka POS atau Pawoon. Sistem ini bukan cuma mencatat transaksi penjualan, tapi juga bisa bantu hitung stok barang, sampai laporan keuangan. Jadi, enggak cuma soal uang masuk dan keluar, tapi juga soal barang dagangan kita.

 

Selanjutnya, ada juga aplikasi kasir dan invoice seperti Invoice Ninja, Paper.id, atau Sleekr. Ini cocok banget buat UMKM jasa atau usaha yang sering ngasih tagihan ke klien. Kita bisa bikin invoice digital, kirim langsung ke pelanggan, bahkan ada fitur untuk ngingetin pelanggan kalau mereka belum bayar. Jadi lebih profesional dan enggak repot ngurusin tagihan satu per satu.

 

Buat yang masih baru banget mulai usaha dan pengen yang sederhana, bisa coba Google Sheets atau Excel. Walau masih manual, tapi kalau pakai template yang tepat, kita tetap bisa lacak arus kas harian dengan rapi. Kelebihannya, kita bisa atur sendiri tampilannya sesuai kebutuhan. Banyak juga template gratis di internet yang bisa langsung dipakai.

 

Nah, selain alat dan aplikasi, penting juga buat paham cara pakainya dengan benar. Alat sebagus apa pun kalau kita enggak konsisten mencatat atau enggak pernah cek laporan, ya tetap aja arus kas bisa berantakan. Jadi, biasakan untuk cek laporan secara rutin, minimal seminggu sekali. Pastikan juga semua transaksi—sekecil apa pun—dicatat.

 

Intinya, teknologi itu bukan pengganti kita, tapi alat bantu. Dengan pakai alat dan aplikasi yang tepat, UMKM bisa lebih cepat tahu kondisi keuangan usahanya, bisa ambil keputusan lebih bijak, dan yang paling penting: bisa tetap bertahan dan tumbuh. Apalagi di zaman sekarang, keputusan bisnis yang baik itu harus didukung data yang akurat dan up to date.

 

Jadi, kalau kamu pelaku UMKM, yuk mulai pakai alat dan aplikasi pengelolaan arus kas. Enggak perlu yang ribet atau mahal dulu. Mulai dari yang sederhana, yang sesuai sama kebutuhan dan kemampuan kamu. Yang penting, arus kas usaha kamu bisa terpantau dengan baik.

 

Studi Kasus: UMKM Kuliner dan Arus Kas

Arus kas itu ibarat darah dalam tubuh bisnis. Kalau alirannya lancar, usaha bisa jalan terus. Tapi kalau tersendat, bisa bikin usaha ngos-ngosan, bahkan berhenti total. Nah, buat UMKM kuliner yang modalnya terbatas dan perputaran uangnya cepat, ngatur arus kas itu penting banget. Yuk, kita bahas lewat studi kasus sederhana.

 

Bayangin ada sebuah usaha kuliner bernama “Warung Makan Bu Sari”. Warung ini jualan nasi campur, buka tiap hari dari pagi sampai malam. Modal awal Bu Sari sekitar Rp10 juta, dipakai buat beli bahan, sewa tempat kecil, dan beli peralatan masak sederhana.

 

Di awal-awal, Bu Sari senang banget karena pembelinya rame. Pendapatannya sehari bisa sampai Rp1,5 juta. Tapi, setelah satu bulan, dia mulai bingung kenapa uang di tangan selalu kurang. Padahal warungnya selalu ramai. Ternyata setelah dicek, masalahnya ada di arus kas yang gak keatur dengan baik.

 

Contohnya, Bu Sari sering beli bahan makanan dalam jumlah besar dan bayar langsung tunai, padahal belum tentu langsung habis dalam seminggu. Di sisi lain, dia kasih utang ke beberapa langganan tetap karena kasihan kalau mereka belum gajian. Nah, disinilah arus kas mulai berantakan. Pengeluaran langsung keluar gede, tapi pemasukan malah nunggu. Akhirnya, meski usaha rame, uang tunai di tangan seret.

 

Lalu, apa yang Bu Sari lakukan?

Pertama, dia mulai mencatat semua pemasukan dan pengeluaran setiap hari, sekecil apa pun. Dari situ dia sadar, ternyata banyak pengeluaran kecil-kecil yang gak disadari, kayak plastik bungkus, gas yang cepat habis, dan pemborosan bahan karena gak dihitung pas.

 

Kedua, Bu Sari bikin perencanaan arus kas mingguan. Jadi, dia atur kapan harus beli bahan, berapa yang dibutuhkan, dan berapa dana cadangan yang harus disimpan. Sekarang dia lebih sering beli bahan segar harian sesuai kebutuhan supaya uang gak ngendap di stok.

 

Ketiga, untuk pelanggan yang biasa ngutang, dia mulai bikin sistem catatan dan kasih batas waktu pembayaran. Bahkan, dia kasih opsi transfer supaya uang bisa lebih cepat masuk. Dengan begitu, arus kas jadi lebih terkontrol.

 

Dalam waktu dua bulan setelah ngatur ulang arus kas, kondisi keuangan warung Bu Sari mulai stabil. Sekarang, dia selalu punya dana cukup buat operasional harian, dan bahkan bisa nabung sedikit-sedikit buat renovasi warung kecil-kecilan.

 

Dari cerita Bu Sari ini, kita bisa belajar bahwa pengelolaan arus kas yang baik gak selalu soal omset besar, tapi soal bagaimana kita atur keluar-masuknya uang dengan bijak. UMKM, khususnya di bidang kuliner, memang punya tantangan sendiri karena bahan makanan gampang basi, pengeluaran harian tinggi, dan sering kali ada pembeli yang minta bayar belakangan. Tapi dengan pencatatan yang rapi, perencanaan belanja yang efisien, dan kebijakan pembayaran yang jelas, arus kas bisa tetap sehat.

 

Intinya, jangan cuma fokus ke rame-nya pelanggan. Penting juga buat tahu ke mana aja larinya uang tiap hari. Dengan begitu, usaha kita bukan cuma jalan, tapi juga tumbuh dan bertahan lebih lama.

 

Kesalahan Umum dalam Manajemen Arus Kas

Bagi banyak pelaku UMKM, arus kas itu ibarat darah dalam tubuh bisnis. Kalau arus kasnya sehat, bisnis bisa terus jalan. Tapi kalau kacau, bisnis bisa megap-megap bahkan gulung tikar. Nah, sayangnya masih banyak pelaku UMKM yang tanpa sadar bikin kesalahan dalam mengatur arus kasnya. Yuk, kita bahas beberapa kesalahan umum yang sering terjadi biar kamu bisa lebih siap dan hati-hati.

 

1. Mencampur Keuangan Pribadi dan BisnisIni kesalahan klasik yang paling sering terjadi. Banyak pemilik usaha kecil yang masih pakai satu rekening untuk keperluan pribadi dan bisnis. Akibatnya, sulit buat tahu berapa sebenarnya uang yang dipakai untuk usaha. Kalau terus begini, kamu nggak akan bisa mengukur apakah bisnismu untung atau malah buntung. Solusinya, pisahkan rekening bisnis dan pribadi sejak awal, sekecil apapun usahamu.

 

2. Tidak Membuat Perencanaan Arus KasBanyak UMKM jalan tanpa rencana keuangan yang jelas, khususnya soal arus kas. Padahal, perencanaan ini penting banget buat tahu kapan uang masuk dan kapan harus keluar. Kalau nggak direncanakan, kamu bisa kelabakan pas harus bayar supplier atau gaji karyawan, padahal uang belum masuk. Mulailah bikin proyeksi arus kas bulanan biar kamu tahu kapan perlu siapin dana lebih.

 

3. Terlalu Longgar Memberi Piutang ke PelangganKadang demi menjaga hubungan baik, pemilik usaha suka kasih kelonggaran pembayaran ke pelanggan, tapi lupa ngatur batas waktu dan kontrolnya. Akhirnya, banyak piutang yang macet dan uang nggak kunjung masuk. Usahakan punya aturan pembayaran yang jelas dan tindak lanjuti kalau ada pelanggan yang telat bayar. Jangan sungkan buat nagih, karena itu hak kamu.

 

4. Tidak Menyimpan Dana DaruratBanyak UMKM habis-habisan pakai uang yang ada buat operasional dan investasi tanpa menyisihkan dana cadangan. Padahal, namanya usaha pasti ada naik-turunnya. Kalau ada hal mendadak kayak penjualan turun atau ada peralatan rusak, kamu bisa keteteran kalau nggak punya simpanan. Usahakan selalu sisihkan sebagian dari pemasukan buat dana darurat, walaupun jumlahnya kecil.

 

5. Belanja Berlebihan Tanpa PerhitunganKadang kita semangat belanja stok atau beli perlengkapan baru karena merasa bisnis lagi bagus. Tapi kalau belanjanya tanpa hitungan, bisa-bisa uang habis duluan sebelum balik modal. Pastikan setiap pengeluaran punya alasan yang kuat dan dikaitkan dengan kebutuhan bisnis. Jangan sampai arus kasmu bocor karena belanja yang nggak perlu.

 

6. Tidak Memantau Arus Kas Secara RutinSatu lagi kesalahan fatal adalah cuek sama laporan keuangan. Banyak pelaku UMKM merasa ribet ngurusin catatan keuangan, padahal penting banget buat tahu posisi bisnis saat ini. Coba biasakan cek arus kas minimal seminggu sekali. Kamu bisa pakai aplikasi sederhana atau catatan manual, yang penting konsisten.

 

Arus kas itu bukan cuma soal uang masuk dan keluar, tapi soal bagaimana kamu mengatur ritmenya biar bisnis tetap jalan lancar. Hindari kesalahan-kesalahan di atas dengan cara yang simpel: pisahkan keuangan, buat rencana, pantau rutin, dan jangan gegabah ambil keputusan. Dengan manajemen arus kas yang lebih rapi, kamu bisa menjaga bisnis tetap sehat dan siap berkembang.

 

Strategi Memperbaiki Arus Kas Negatif

Buat pelaku UMKM, arus kas itu ibarat napas bisnis. Kalau arus kas lagi negatif—artinya uang yang keluar lebih banyak dari yang masuk—bisnis bisa ngos-ngosan. Kalau dibiarkan terus, bisa-bisa kehabisan modal, nggak bisa bayar utang, bahkan gulung tikar. Tapi tenang, arus kas negatif masih bisa diperbaiki dengan strategi yang tepat.

 

1. Cek Dulu Masalahnya di Mana

Langkah pertama, kita harus tahu kenapa arus kas bisa negatif. Apakah karena penjualan menurun? Biaya operasional membengkak? Atau piutang terlalu lama ditagih? Dari situ, baru bisa ambil keputusan yang pas. Cek laporan keuangan sederhana, catat semua pemasukan dan pengeluaran harian. Walaupun kecil, kalau dicatat semua, kita bisa lihat polanya.

 

2. Percepat Pemasukan Uang

Kalau arus kas lagi seret, yang pertama harus dilakukan adalah mempercepat uang masuk. Misalnya, kalau biasanya kasih tempo pembayaran ke pelanggan 30 hari, coba kurangi jadi 15 hari. Bisa juga kasih diskon kecil buat pelanggan yang mau bayar lebih cepat. Ini bisa bantu uang cepat mutar lagi ke dalam bisnis.

 

Kalau punya piutang (utang pelanggan ke kita), jangan malu buat nagih. Banyak UMKM segan menagih karena takut kehilangan pelanggan. Padahal, ini soal kelangsungan bisnis. Bisa juga pertimbangkan sistem pembayaran DP (uang muka) di awal sebelum barang atau jasa diberikan.

 

3. Tunda Pengeluaran yang Nggak Mendesak

Coba lihat lagi semua pengeluaran. Mana yang bisa ditunda dulu, mana yang bisa dikurangi. Misalnya, pembelian alat baru, renovasi toko, atau pengeluaran yang sebenarnya belum terlalu penting. Fokus dulu ke biaya operasional yang penting, seperti bahan baku, gaji karyawan, dan listrik. Kalau bisa negosiasi dengan supplier untuk minta pembayaran dicicil atau diperpanjang, itu juga bisa bantu.

 

4. Tingkatkan Penjualan dengan Cara Cerdas

Kadang, masalah arus kas bukan karena biaya besar, tapi karena penjualan lesu. Coba tingkatkan penjualan lewat cara-cara yang nggak terlalu mahal. Misalnya, promosi di media sosial, kerjasama dengan influencer lokal, atau bikin bundling produk. Intinya, cari cara supaya produk cepat laku tanpa keluar banyak biaya promosi.

 

5. Pisahkan Uang Pribadi dan Uang Usaha

Banyak UMKM masih campur uang pribadi sama uang usaha. Akibatnya, sulit tahu berapa sebenarnya uang yang tersedia buat operasional. Mulai biasakan pisahkan rekening bisnis dan pribadi. Ini langkah sederhana tapi penting banget supaya arus kas bisa lebih terkontrol.

 

6. Siapkan Dana Darurat Usaha

Kalau memungkinkan, sisihkan sedikit dari keuntungan usaha untuk dana darurat. Jadi kalau sewaktu-waktu arus kas lagi seret, masih ada cadangan buat nutupin biaya penting. Ini memang butuh waktu, tapi penting banget buat jaga kesehatan keuangan usaha.

 

Arus kas negatif bukan akhir dari segalanya. Asal cepat disadari dan ditangani dengan strategi yang tepat, UMKM masih punya banyak peluang buat bangkit. Intinya, jangan panik—mulai dari evaluasi kondisi keuangan, atur ulang alur pemasukan dan pengeluaran, lalu jalankan usaha dengan lebih bijak. Bisnis yang sehat bukan yang paling besar, tapi yang paling cermat ngatur uangnya.

 

Tips Menghadapi Krisis Keuangan

Bagi pelaku UMKM, menjaga arus kas tetap sehat itu ibarat menjaga napas bisnis. Saat krisis datang—entah karena penurunan penjualan, biaya naik, atau kondisi ekonomi lagi goyang—arus kas bisa jadi seret. Nah, kalau gak disiapin dari awal, bisnis bisa ngos-ngosan dan malah berhenti di tengah jalan. Di sini kita bahas beberapa tips praktis supaya UMKM bisa tetap bertahan, bahkan saat keuangan lagi krisis.

 

1. Cek Arus Kas Secara RutinLangkah pertama yang gak boleh dilewatkan: rutin pantau arus kas. Catat semua pemasukan dan pengeluaran, sekecil apa pun. Dengan begitu, kamu tahu kondisi keuangan real bisnis kamu. Jangan tunggu sampai akhir bulan atau saat saldo mulai menipis. Cek mingguan bahkan harian bisa bantu kamu ambil keputusan cepat kalau ada masalah.

 

2. Prioritaskan Pengeluaran PentingWaktu krisis, gak semua pengeluaran bisa ditanggung. Jadi, pisahkan mana pengeluaran yang wajib (seperti bayar gaji karyawan, listrik, bahan baku), dan mana yang bisa ditunda dulu (seperti renovasi toko atau beli peralatan baru). Fokus dulu ke hal-hal yang benar-benar menunjang operasional.

 

3. Negosiasi dengan Pemasok dan KrediturKalau kas lagi tipis, jangan ragu buat ngobrol sama pemasok atau pihak yang ngasih kamu pinjaman. Coba minta perpanjangan tempo pembayaran atau cicilan lebih ringan sementara waktu. Banyak pihak juga memahami kondisi UMKM, apalagi kalau kamu punya catatan baik selama ini.

 

4. Cari Sumber Dana TambahanDi saat genting, kamu bisa cari bantuan dana tambahan. Bisa dari pinjaman mikro, koperasi, atau platform fintech yang memang fokus bantu UMKM. Tapi ingat, jangan asal ambil pinjaman. Hitung dulu kemampuan bayar kamu dan pastikan dana itu benar-benar dipakai buat hal yang produktif.

 

5. Tingkatkan Penjualan CepatKalau arus kas macet, coba genjot pemasukan cepat. Bisa lewat diskon flash sale, bundling produk, atau promosi yang mendorong pelanggan beli sekarang juga. Fokus ke produk yang paling laku dan punya margin bagus. Jangan buang waktu di barang yang kurang diminati.

 

6. Kurangi Piutang dan Percepat PenagihanJangan biarkan tagihan pelanggan menumpuk. Coba buat sistem penagihan yang lebih rapi dan konsisten. Kalau perlu, kasih insentif untuk yang bayar lebih cepat, misalnya diskon kecil. Uang masuk lebih cepat bisa jadi penolong besar waktu krisis.

 

7. Jaga Cadangan DanaKalau kondisi sudah mulai stabil, usahakan sisihkan sedikit demi sedikit untuk dana darurat. Idealnya, ada dana cadangan untuk biaya operasional minimal 1-3 bulan. Ini bisa jadi penopang kalau krisis datang lagi.

 

8. Belajar dan AdaptasiKrisis bisa jadi pelajaran berharga. Dari situ, kamu bisa belajar apa yang kurang dari manajemen keuangan kamu. Terus belajar, ikut pelatihan, atau cari mentor yang bisa bantu kamu makin paham soal pengelolaan arus kas.

 

Intinya, krisis keuangan memang bikin panik, tapi bukan akhir dari segalanya. Dengan pengelolaan arus kas yang baik dan sikap yang adaptif, UMKM tetap bisa bertahan dan bahkan tumbuh. Kuncinya ada di ketelitian, kejelian ambil keputusan, dan gak takut untuk berubah.

 

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kalau ngomongin soal bisnis, terutama buat UMKM, hal paling penting yang sering luput dari perhatian adalah arus kas alias cash flow. Arus kas ini sebenarnya bisa dibilang seperti "napas" bisnis. Kalau napasnya lancar, bisnis bisa jalan terus. Tapi kalau udah mulai seret, bisa-bisa bisnis tersendat atau malah berhenti di tengah jalan.

Dari pembahasan sebelumnya, kita udah lihat gimana pentingnya ngatur pemasukan dan pengeluaran supaya enggak lebih besar pasak daripada tiang. Banyak pelaku UMKM yang sebenarnya untung secara penjualan, tapi tetap kehabisan uang karena pengelolaan arus kasnya nggak rapi. Misalnya, tagihan dari pembeli belum dibayar, tapi kita udah harus bayar bahan baku atau gaji karyawan. Di situ biasanya mulai kerasa ‘sakitnya’ arus kas yang bermasalah.

Makanya, pencatatan yang rapi dan teratur jadi hal utama yang wajib banget dilakuin. Mau pakai buku catatan, Excel, atau aplikasi keuangan, yang penting kita tahu uang masuk dari mana aja dan keluar buat apa aja. Jangan sampai uang bisnis tercampur sama uang pribadi, karena itu bikin bingung dan bisa bikin salah ambil keputusan.

Nah, biar arus kas tetap sehat, berikut ini beberapa rekomendasi sederhana yang bisa langsung diterapkan:

1.    Pisahkan uang bisnis dan uang pribadi.Ini aturan dasar yang harus dipegang. Bikin rekening khusus buat bisnis dan biasakan semua transaksi bisnis masuk dan keluar lewat rekening itu.

2.    Catat semua pemasukan dan pengeluaran.Jangan tunggu akhir bulan atau pas kepepet. Usahakan catat setiap hari, walaupun itu cuma pembelian pulsa atau uang parkir untuk operasional.

3.    Bikin proyeksi arus kas.Walau kelihatan ribet, ini penting banget. Coba rencanakan kira-kira di bulan depan ada pemasukan berapa dan pengeluaran apa saja. Ini bantu banget buat tahu kapan harus siap-siap cari tambahan dana atau kapan bisa ekspansi.

4.    Tagih piutang secara aktif.Kalau jualan pakai sistem tempo, jangan malu buat follow up pembayaran. Uang yang tertahan di luar bisa bikin arus kas macet.

5.    Hindari utang konsumtif.Kalau butuh pinjaman, pastikan itu untuk hal yang produktif, bukan sekadar nutup lubang atau belanja yang nggak penting.

6.    Bangun dana darurat bisnis.Sisihkan sebagian keuntungan buat dana cadangan. Ini berguna banget kalau tiba-tiba ada kebutuhan mendesak atau pendapatan turun.

 

Kesimpulannya, mengelola arus kas itu soal kebiasaan dan disiplin. Bukan soal seberapa besar bisnis kita, tapi seberapa cermat kita ngatur uang yang ada. UMKM yang bisa mengelola arus kas dengan baik punya peluang lebih besar buat bertahan, bahkan berkembang di tengah persaingan yang makin ketat. Jadi, yuk mulai biasakan kelola arus kas dengan baik dari sekarang. Bisnis lancar, hati pun tenang!


Apakah Anda siap untuk menguasai strategi keuangan bisnis yang efektif dan mengubah nasib bisnis Anda? Ikuti e-course "Jurus Keuangan Bisnis" kami sekarang dan temukan rahasia sukses finansial yang berkelanjutan! klik di sini



Comments


PT Cerdas Keuangan Bisnis berdiri sejak 2023

© 2025 @Ilmukeuangan

bottom of page