Mengelola Arus Kas untuk UMKM
- Ilmu Keuangan

- Jun 24
- 17 min read

Kalau kita ngomongin soal keuangan usaha, terutama buat UMKM, salah satu hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah arus kas. Arus kas ini istilah gampangnya adalah keluar masuknya uang di bisnis kita. Jadi uang yang masuk dari penjualan atau pendapatan lainnya, dan uang yang keluar buat bayar biaya operasional, gaji, beli bahan baku, dan lain-lain.
Banyak UMKM yang sebenarnya punya produk bagus dan pelanggan yang cukup banyak, tapi tetap kesulitan berkembang atau bahkan sampai tutup. Salah satu penyebabnya? Karena arus kasnya nggak sehat. Misalnya, mereka banyak menjual produk tapi uangnya belum masuk karena sistemnya masih utang atau piutang. Sementara itu, mereka tetap harus bayar sewa, listrik, gaji, dan biaya lainnya. Akhirnya keuangan jadi macet.
Mengelola arus kas itu penting banget karena dari sini kita bisa tahu apakah usaha kita benar-benar menghasilkan uang atau malah bikin kita nombok terus. Jangan sampai kita cuma fokus ngejar omset gede, tapi lupa cek apakah ada cukup uang tunai di tangan buat bayar tagihan bulanan.
Buat UMKM, arus kas biasanya terbagi jadi tiga bagian utama. Pertama, arus kas dari operasional, yaitu uang masuk dan keluar dari kegiatan sehari-hari usaha—kayak jualan produk, bayar karyawan, beli stok barang, dan sebagainya. Kedua, arus kas dari investasi, misalnya kalau usaha beli alat produksi baru atau buka cabang. Dan ketiga, arus kas dari pendanaan, yaitu uang yang masuk dari pinjaman atau tambahan modal dari investor.
Kenapa kita harus ngerti ini semua? Karena dengan tahu posisi arus kas, kita bisa ambil keputusan yang lebih bijak. Misalnya, kalau kita lihat arus kas lagi seret, berarti kita perlu nunda dulu beli alat baru atau tambah karyawan. Atau kalau tahu bulan depan banyak pengeluaran besar, kita bisa cari cara buat percepat tagihan pelanggan supaya ada uang masuk lebih cepat.
Intinya, arus kas ini adalah "nafasnya" bisnis. Tanpa nafas, usaha bisa sesak dan akhirnya berhenti. Nggak peduli sekeren apapun produk kita, atau sehebat apapun strategi marketing kita, kalau arus kasnya berantakan, ya bisnis bisa goyah.
Makanya, penting buat pemilik UMKM mulai belajar nyatet arus kas dengan rapi. Nggak perlu langsung pakai software mahal, bisa mulai dari catatan manual atau Excel sederhana. Yang penting rutin dan disiplin. Dari situ kita bisa lihat pola pengeluaran dan pemasukan, lalu bisa atur strategi biar cash flow tetap lancar.
Jadi, sebelum usaha makin besar dan kompleks, pastikan dulu arus kasnya sehat. Karena bisnis yang kuat itu bukan cuma soal untung besar, tapi juga soal punya kendali atas keuangan, terutama uang tunai yang ada sekarang. Arus kas yang baik bikin kita bisa tidur lebih nyenyak, karena tahu semua tagihan bisa dibayar tepat waktu.
Pentingnya Arus Kas Positif
Buat kamu yang punya usaha kecil atau menengah (UMKM), ada satu hal penting yang nggak boleh disepelekan: arus kas. Nah, arus kas itu ibarat aliran uang masuk dan keluar dari usaha kamu. Kalau uang yang masuk lebih banyak dari yang keluar, itu namanya arus kas positif. Tapi kalau sebaliknya, itu yang bisa bikin usaha kamu megap-megap.
Kenapa sih arus kas positif itu penting banget?
Pertama, karena ini yang bikin bisnis kamu tetap hidup. Kamu bisa bayangin nggak, usaha kamu kelihatan rame, banyak pembeli, tapi ternyata nggak punya cukup uang buat bayar supplier atau gaji karyawan? Nah, itu biasanya karena uangnya nyangkut di piutang atau terlalu banyak dipakai buat stok barang. Jadi walaupun jualan laris, kamu bisa tetap kehabisan uang tunai. Makanya, arus kas positif itu penting supaya semua kebutuhan operasional tetap jalan lancar.
Kedua, arus kas positif bikin kamu lebih tenang dan siap menghadapi kondisi darurat. Misalnya ada mesin rusak, harga bahan naik, atau tiba-tiba ada peluang bagus buat beli barang dengan harga miring. Kalau kamu punya cadangan uang tunai dari arus kas yang sehat, kamu bisa ambil keputusan cepat tanpa harus utang sana-sini.
Ketiga, arus kas positif bikin kamu lebih gampang dapat kepercayaan dari pihak luar. Contohnya, kalau kamu butuh tambahan modal dari bank atau investor, mereka pasti akan lihat kondisi keuangan kamu dulu. Nah, kalau mereka lihat arus kas kamu positif dan stabil, kemungkinan besar mereka bakal percaya dan mau kasih pinjaman atau suntikan dana.
Lalu, gimana caranya menjaga arus kas tetap positif?
Kuncinya ada di pengelolaan yang disiplin. Mulai dari catat semua pemasukan dan pengeluaran dengan rapi, jangan campur uang pribadi dan uang usaha, dan pastikan kamu tahu kapan ada tagihan jatuh tempo atau kapan kamu akan terima pembayaran. Selain itu, usahakan punya dana cadangan untuk kebutuhan mendadak. Jangan juga terlalu banyak stok barang yang belum tentu cepat laku, karena itu sama aja kayak uang kamu "ngendap".
Buat UMKM, kesalahan umum yang sering terjadi itu adalah fokus ke omset atau penjualan aja. Padahal, yang lebih penting itu uang yang benar-benar masuk ke rekening kamu. Jadi, jangan sampai kamu terjebak kejar-kejaran omset tapi ternyata arus kas kamu seret.
Singkatnya, arus kas positif itu seperti napas buat bisnis kamu. Kalau lancar, usaha kamu bisa bertahan dan berkembang. Tapi kalau tersendat, lama-lama bisa bikin usaha kehabisan tenaga dan berhenti. Jadi mulai sekarang, yuk lebih peduli sama arus kas, bukan cuma soal untung-rugi di atas kertas. Bisnis boleh kecil, tapi pengelolaannya harus pintar!
Dengan arus kas yang sehat, UMKM bisa punya pijakan yang kuat buat tumbuh dan naik level.
Komponen Arus Kas: Masuk dan Keluar
Buat UMKM, arus kas itu ibarat “darah” dalam tubuh bisnis. Kalau arus kasnya lancar, usaha bisa terus jalan. Tapi kalau seret, bisnis bisa ngos-ngosan bahkan mandek. Nah, supaya usaha tetap sehat, penting banget buat kita ngerti dua komponen utama arus kas, yaitu kas masuk dan kas keluar.
Apa itu Kas Masuk?Kas masuk itu semua uang yang masuk ke bisnis kamu. Biasanya berasal dari hasil penjualan produk atau jasa. Contohnya, kamu punya usaha makanan, setiap kali ada pelanggan bayar, itu masuknya ke kas masuk. Selain dari penjualan, kas masuk juga bisa datang dari hal lain, misalnya:
· Pembayaran piutang: Kalau kamu pernah kasih tempo ke pelanggan dan sekarang mereka bayar, itu termasuk kas masuk.
· Pendanaan: Misalnya kamu dapet suntikan modal dari investor, pinjaman dari bank, atau dukungan dari program pemerintah.
· Penjualan aset: Kalau kamu jual barang milik usaha seperti mesin atau kendaraan, uangnya juga termasuk kas masuk.
Intinya, semua uang yang bikin saldo usaha kamu nambah, itu masuk ke kategori kas masuk.
Lalu, apa itu Kas Keluar?Kalau kas masuk bikin uang usaha bertambah, kas keluar kebalikannya. Ini semua pengeluaran atau uang yang keluar dari kas usaha. Misalnya, kamu beli bahan baku, bayar listrik, gaji karyawan, atau sewa tempat—itu semua kas keluar. Kas keluar ini bisa dibagi jadi beberapa jenis:
· Biaya operasional: Termasuk beli bahan baku, bayar listrik, air, internet, sewa tempat, transportasi, dan sebagainya.
· Gaji dan upah: Uang buat karyawan, termasuk bonus atau insentif.
· Pembayaran utang: Kalau kamu pernah pinjam uang dan sekarang waktunya bayar cicilan atau bunganya, itu termasuk kas keluar.
· Pembelian aset: Misalnya kamu beli alat produksi atau kendaraan operasional baru, itu juga bagian dari kas keluar.
Mengerti kas keluar penting banget, soalnya kadang pengeluaran kecil-kecil bisa numpuk jadi besar kalau nggak diawasi.
Kenapa Penting Tahu Kas Masuk dan Keluar?Dengan ngerti dua komponen ini, kamu bisa tahu kondisi keuangan usaha secara real-time. Kamu bisa ngecek apakah bisnis kamu sehat—misalnya kas masuk lebih besar dari kas keluar, artinya kamu punya “nafas” untuk terus jalan. Tapi kalau kas keluar lebih banyak dari kas masuk, kamu harus cepat ambil tindakan. Bisa jadi kamu harus naikin penjualan, potong biaya, atau cari tambahan dana.
Banyak UMKM yang sebenarnya punya produk bagus dan laku, tapi tetap kesulitan karena arus kasnya nggak keatur. Contohnya, uang dari pelanggan baru cair 2 minggu lagi, padahal kamu harus bayar supplier besok. Kalau kamu nggak siap, usaha bisa tersendat. Jadi, jangan cuma lihat untung rugi, tapi juga perhatikan arus kas tiap hari.
Ngatur arus kas itu soal nyatet dan ngawasin terus uang yang masuk dan keluar. Dengan tahu dua komponen ini, kamu bisa ambil keputusan yang tepat dan jaga bisnis tetap stabil. Mulai dari nyatet pemasukan harian, atur jadwal bayar tagihan, sampai nyiapin dana cadangan. Ingat, arus kas yang sehat = bisnis yang panjang umur.
Membuat Proyeksi Arus Kas
Mengelola arus kas itu penting banget buat UMKM. Soalnya, walaupun usaha kita kelihatan ramai, belum tentu duitnya beneran aman. Bisa jadi uang masuknya banyak, tapi kalau pengeluarannya juga gede atau waktunya nggak pas, bisa-bisa usaha malah keteteran. Nah, salah satu cara buat bantu ngatur ini semua adalah dengan bikin proyeksi arus kas.
Apa itu proyeksi arus kas?Proyeksi arus kas itu gambaran atau rencana soal keluar-masuknya uang di usaha kita dalam periode tertentu, biasanya bulanan. Jadi, kita ngitung kira-kira uang berapa yang bakal masuk dari penjualan, dan uang berapa yang harus keluar buat bayar gaji, sewa, beli stok, dan kebutuhan lainnya.
Tujuan dari proyeksi ini sederhana: biar kita tahu kapan bakal ada kelebihan uang dan kapan ada kemungkinan kekurangan. Dengan begitu, kita bisa siap-siap lebih awal, nggak sampai bingung nyari uang dadakan pas butuh bayar sesuatu.
Langkah-langkah bikin proyeksi arus kas
1. Catat semua pemasukan yang diperkirakan bakal diterimaMulai dari penjualan produk atau jasa, uang dari piutang yang bakal dibayar, sampai dana tambahan kalau ada investor atau pinjaman. Tapi jangan terlalu optimis ya, lebih baik pakai angka yang realistis biar hasilnya nggak meleset jauh.
2. Daftar semua pengeluaran yang pasti dan rutinContohnya: gaji karyawan, sewa tempat, listrik, internet, bahan baku, cicilan, dan biaya lain yang biasa dikeluarin tiap bulan. Jangan lupa juga anggarkan dana buat hal tak terduga.
3. Pisahkan arus kas masuk dan keluar berdasarkan tanggalDi sinilah kita bisa lihat lebih jelas kapan uang masuk dan kapan uang keluar. Misalnya, pemasukan baru datang tanggal 15, tapi kita harus bayar supplier tanggal 10. Nah, itu bisa jadi masalah kalau nggak direncanakan.
4. Hitung selisihnya tiap bulanDari situ kita bisa tahu apakah bulan itu ada kelebihan uang (surplus) atau malah kurang (defisit). Kalau defisit, kita bisa cari solusi: misalnya, tunda pengeluaran yang nggak penting, cari promo dari supplier, atau mulai ngatur ulang jadwal pembayaran.
Kenapa UMKM wajib punya proyeksi arus kas?Karena UMKM sering berurusan dengan uang tunai dalam jumlah terbatas. Tanpa proyeksi yang jelas, kita gampang kelabakan saat harus bayar sesuatu tapi uang belum masuk. Selain itu, proyeksi ini juga bisa bantu kita ambil keputusan—misalnya, kapan waktu yang tepat buat belanja stok dalam jumlah besar, atau kapan bisa mulai ekspansi usaha.
Tips tambahan:
· Update proyeksi arus kas secara rutin. Soalnya, kenyataan di lapangan bisa berubah.
· Gunakan aplikasi atau spreadsheet sederhana supaya lebih mudah dilihat.
· Kalau bingung, minta bantuan orang yang paham keuangan, bisa akuntan atau mentor bisnis.
Intinya, dengan proyeksi arus kas, kita jadi punya “ramalan” keuangan yang bikin usaha lebih siap hadapi situasi apa pun. Usaha jadi lebih stabil, dan kita nggak panik waktu uang lagi seret. Jadi, yuk mulai bikin proyeksi arus kas dari sekarang!
Alat dan Aplikasi Pengelolaan Arus Kas
Buat pelaku UMKM, salah satu kunci supaya bisnis tetap sehat itu adalah ngatur arus kas dengan rapi. Arus kas itu sederhananya aliran uang masuk dan keluar dari bisnis. Kalau lebih banyak yang keluar dari pada masuk, ya bisa-bisa bisnisnya tekor. Makanya penting banget punya alat bantu yang bisa mempermudah kita buat nyatet dan ngawasin arus kas.
Sekarang ini udah banyak banget alat dan aplikasi yang bisa bantu UMKM buat ngatur keuangan, termasuk arus kas. Mulai dari yang gratis sampai yang berbayar, semua punya kelebihan masing-masing. Nah, berikut ini beberapa alat dan aplikasi yang bisa dipakai, lengkap dengan fungsi dan manfaatnya.
1. Microsoft Excel / Google Sheets
Ini alat klasik tapi tetap ampuh. Buat kamu yang masih nyaman ngatur keuangan secara manual tapi fleksibel, Excel atau Google Sheets bisa jadi pilihan. Kamu bisa bikin template sederhana buat nyatet pemasukan, pengeluaran, dan saldo harian. Kelebihannya, kita bisa sesuaikan formatnya sesuai kebutuhan bisnis. Tapi, ya memang butuh disiplin buat isi datanya terus-menerus.
2. Aplikasi BukuKas / BukuWarung
Buat UMKM kecil sampai menengah, aplikasi seperti BukuKas atau BukuWarung ini cocok banget. Tampilan aplikasinya sederhana, bisa nyatet transaksi harian, ngelacak hutang-piutang, bahkan bisa kirim pengingat ke pelanggan yang belum bayar. Selain itu, kamu bisa lihat laporan arus kas harian atau bulanan dengan sekali klik. Praktis banget buat yang belum punya latar belakang keuangan.
3. Aplikasi Akuntansi seperti Jurnal, Accurate, atau Moka POS
Kalau bisnis kamu sudah agak berkembang, aplikasi seperti Jurnal, Accurate, atau Moka bisa jadi solusi yang lebih lengkap. Selain nyatet arus kas, aplikasi ini juga bisa bantu pencatatan stok, laporan laba rugi, bahkan pajak. Memang ada biaya langganan, tapi kalau dibandingin sama waktu dan tenaga yang bisa dihemat, bisa dibilang cukup sebanding.
4. Dompet Digital & Rekening Bisnis Terpisah
Meskipun bukan aplikasi pencatat langsung, tapi pisahin rekening bisnis dan pribadi itu termasuk alat bantu penting buat kelola arus kas. Pakai dompet digital seperti OVO atau GoPay bisnis juga bisa bantu pantau pemasukan dengan rapi, apalagi kalau banyak transaksi online. Intinya, jangan campur aduk uang pribadi sama uang usaha.
5. Fitur Pembukuan dari Platform E-commerce
Kalau jualannya lewat Shopee, Tokopedia, atau marketplace lain, biasanya mereka sudah punya fitur pembukuan sederhana. Kita bisa lihat laporan penjualan, pengeluaran iklan, dan sisa saldo. Walau nggak sekomplit aplikasi akuntansi, ini udah cukup membantu buat kontrol arus kas harian.
Intinya, mengelola arus kas sekarang nggak sesulit dulu. Tinggal pilih alat yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan bisnis kamu. Yang penting konsisten nyatet dan pantau terus aliran uang. Jangan sampai uang habis tapi nggak tahu ke mana perginya. Dengan alat yang tepat, kamu bisa ambil keputusan bisnis dengan lebih bijak dan nggak asal nebak.
Jadi, yuk mulai dari sekarang, pilih alat yang paling cocok dan biasakan diri buat pantau arus kas. Bisnismu bakal lebih aman, dan kamu bisa tidur lebih tenang karena keuangan usaha lebih terkontrol.
Studi Kasus: UMKM Kuliner dan Arus Kas
Mengelola arus kas itu penting banget buat UMKM, apalagi di bidang kuliner yang perputaran uangnya cepat. Banyak pelaku usaha kecil yang sering ngerasa usahanya rame, tapi uangnya nggak pernah kelihatan “ngendap”. Ini biasanya karena arus kas mereka nggak tertata dengan baik. Arus kas itu sebenarnya cuma soal keluar masuknya uang. Kalau lebih banyak yang keluar daripada yang masuk, ya usaha bisa tekor walaupun penjualan kelihatan bagus.
Kita ambil contoh dari salah satu UMKM kuliner bernama "Sari Rasa", sebuah usaha makanan rumahan yang jualan via online dan juga ikut bazar setiap akhir pekan. Awalnya, usaha ini cukup lancar, banyak pesanan masuk, bahkan sering dapat orderan untuk acara. Tapi lama-lama, pemiliknya, Bu Sari, merasa selalu kekurangan uang, terutama untuk beli bahan baku dan bayar pegawai harian.
Setelah dikulik lebih dalam, ternyata masalahnya ada di arus kas. Misalnya, Bu Sari sering kasih sistem pembayaran tempo ke pelanggan besar, kayak katering kantor, tapi dia sendiri harus bayar bahan baku secara tunai di depan. Akibatnya, dia sering “nombok” dulu, dan uangnya baru masuk seminggu atau dua minggu kemudian. Kalau begini terus, lama-lama bisa bikin bisnisnya macet.
Belum lagi, Bu Sari juga nggak pisahkan uang pribadi dan uang usaha. Jadi, saat ada kebutuhan rumah tangga, dia ambil dari kas usaha tanpa dicatat. Ini bikin dia bingung, mana pengeluaran untuk bisnis, mana buat pribadi.
Akhirnya, Bu Sari mulai belajar kelola arus kas. Hal pertama yang dia lakukan adalah bikin pencatatan sederhana: semua pemasukan dan pengeluaran dicatat, sekecil apa pun. Lalu, dia mulai pisahkan rekening pribadi dan usaha, jadi lebih gampang ngontrol uang yang benar-benar dipakai buat bisnis.
Langkah berikutnya, dia mulai bikin proyeksi arus kas. Bu Sari mencatat kapan biasanya uang masuk (misalnya, setiap Senin dan Jumat dari pesanan mingguan), dan kapan uang keluar (misalnya, belanja bahan tiap Rabu dan bayar pegawai setiap Sabtu). Dari situ dia bisa atur strategi, misalnya menunda pembelian bahan non-prioritas atau minta uang muka dulu ke pelanggan besar supaya nggak nombok.
Hasilnya? Dalam waktu tiga bulan, arus kas usaha Bu Sari jadi lebih sehat. Dia jadi tahu kapan harus pegang uang lebih banyak dan kapan bisa belanja lebih santai. Bahkan sekarang dia udah bisa mulai nabung dari keuntungan bersih tiap bulan.
Dari cerita ini, kita bisa ambil pelajaran penting: arus kas itu bukan soal angka besar kecil, tapi soal bagaimana uang dipakai dan dikelola. UMKM kuliner atau bidang apa pun butuh disiplin buat mencatat, memisahkan uang pribadi, dan merencanakan pemasukan serta pengeluaran.
Jadi, buat kamu yang punya usaha kecil, jangan cuma fokus di penjualan aja ya. Coba mulai perhatikan arus kas, karena ini yang bikin bisnis kamu bisa terus jalan, berkembang, dan nggak kehabisan napas di tengah jalan.
Kesalahan Umum dalam Manajemen Arus Kas
Mengelola arus kas itu ibarat ngatur uang belanja rumah tangga, tapi versi bisnis. Kalau salah hitung atau salah atur, ujung-ujungnya bisa bikin usaha boncos. Apalagi buat UMKM yang modalnya terbatas, arus kas jadi nyawa utama supaya usaha bisa terus jalan.
Sayangnya, masih banyak pelaku UMKM yang suka kejebak dalam beberapa kesalahan umum saat ngatur arus kas. Nah, berikut ini beberapa contoh kesalahan yang sering kejadian dan sebaiknya dihindari:
1. Nyampur Uang Pribadi dan Uang UsahaIni kesalahan paling klasik. Banyak pelaku UMKM yang masih pakai satu rekening untuk semua, jadi uang usaha dan uang pribadi nggak dipisah. Akibatnya? Susah banget ngelacak mana pengeluaran buat bisnis, mana yang buat jajan atau kebutuhan pribadi. Kalau terus-terusan gini, bisa bikin laporan keuangan kacau dan arus kas jadi nggak jelas.
2. Nggak Punya Catatan Keuangan HarianKadang pelaku usaha ngerasa, “Ah, ngapain ribet nyatet? Kan ingat kok.” Padahal, tanpa catatan harian yang rapi, kita bisa lupa transaksi kecil-kecil yang ternyata jumlahnya besar juga kalau dikumpulin. Catatan ini penting banget buat tahu kondisi kas sebenarnya dan bisa bantu bikin keputusan lebih bijak.
3. Terlalu Gampang Kasih Utang ke PelangganNiatnya sih baik, biar pelanggan tetap beli dan loyal. Tapi kalau kebanyakan kasih “bon” tanpa aturan jelas, arus kas bisa seret karena uang masuknya jadi tertunda. UMKM harus punya kebijakan kredit yang tegas. Misalnya, maksimal tempo 7 hari atau minta DP dulu sebelum barang dikirim.
4. Stok Barang Terlalu BanyakPunya stok itu penting, tapi jangan sampai overstock. Soalnya uang yang harusnya bisa dipakai buat operasional malah nyangkut di barang. Belilah stok sesuai kebutuhan dan perputaran barang, supaya uang tunai tetap lancar dan nggak habis buat nyimpen barang aja.
5. Nggak Siap Hadapi Pengeluaran MendadakBanyak UMKM yang jalanin bisnis tanpa dana darurat. Padahal, pengeluaran mendadak kayak mesin rusak atau harga bahan naik itu bisa kejadian kapan aja. Kalau nggak punya cadangan kas, bisa bikin usaha mandek. Jadi, penting banget nyisihin sebagian pemasukan buat dana tak terduga.
6. Nggak Ngecek Arus Kas Secara BerkalaKadang saking sibuknya jualan, pelaku usaha lupa cek arus kas. Padahal, rutin ngecek (misalnya seminggu sekali) bisa bantu deteksi masalah lebih awal. Misalnya, kalau pengeluaran mulai lebih besar dari pemasukan, bisa langsung cari solusi sebelum makin parah.
Kesimpulan:Mengelola arus kas itu bukan cuma soal nyatet pemasukan dan pengeluaran, tapi juga soal disiplin, keteraturan, dan strategi. Buat UMKM, kesalahan kecil bisa jadi dampak besar. Makanya, penting banget buat belajar dari kesalahan-kesalahan umum tadi dan mulai menerapkan manajemen kas yang lebih rapi dan bijak. Ingat, bisnis yang sehat bukan cuma yang laku keras, tapi juga yang arus kasnya lancar!
Strategi Memperbaiki Arus Kas Negatif
Dalam menjalankan UMKM, masalah arus kas itu sering banget kejadian. Apalagi kalau arus kasnya negatif, alias lebih banyak uang yang keluar daripada yang masuk. Kalau dibiarkan, bisnis bisa mandek bahkan tutup. Nah, di sini kita bakal bahas strategi simpel tapi penting untuk memperbaiki arus kas yang negatif.
1. Cek Dulu Akar MasalahnyaSebelum buru-buru ambil keputusan, coba lihat dulu kenapa arus kas bisa negatif. Apakah karena penjualan menurun? Atau pengeluaran terlalu besar? Bisa juga karena piutang yang belum dibayar-bayar. Dengan tahu penyebabnya, kita jadi bisa fokus memperbaikinya.
2. Percepat Penerimaan UangKalau kamu jualan dengan sistem tempo atau cicilan, coba atur ulang supaya pelanggan bayar lebih cepat. Misalnya, kasih diskon buat yang bayar lebih awal. Atau kirimkan tagihan lebih cepat dan ingatkan dengan sopan kalau udah mendekati jatuh tempo. Semakin cepat uang masuk, semakin sehat arus kas kamu.
3. Tunda Pengeluaran yang Nggak MendesakKalau keuangan lagi seret, jangan buru-buru beli barang atau alat yang nggak terlalu penting. Tunda dulu pengeluaran besar yang bisa diundur. Fokuskan dulu uang untuk operasional yang benar-benar penting, seperti bayar gaji, beli bahan baku, atau listrik dan sewa.
4. Kelola Persediaan dengan Lebih EfisienTerlalu banyak stok bisa jadi beban buat arus kas. Uang kamu ‘ngendap’ dalam bentuk barang. Coba atur ulang supaya stok tetap aman tapi nggak berlebihan. Dengan begitu, kamu bisa putar uang lebih cepat untuk kebutuhan lain.
5. Naikkan Penjualan dengan Cara KreatifKalau pendapatan kurang, coba tingkatkan penjualan lewat promosi, bundling produk, atau cari pasar baru. Tapi pastikan strategi promosi kamu efektif, ya. Jangan sampai malah tambah boros biaya iklan tapi hasilnya nggak sebanding.
6. Evaluasi Harga JualKadang harga jual kita terlalu rendah, sementara biaya produksi naik. Coba hitung lagi margin keuntunganmu. Kalau perlu, naikin harga sedikit demi sedikit. Tapi pastikan kualitas tetap bagus dan pelanggan masih merasa dapat nilai yang sepadan.
7. Cari Sumber Dana SementaraKalau kamu butuh dana cepat untuk menutup kekurangan sementara, bisa pertimbangkan pinjaman jangka pendek yang bunganya ringan. Tapi ingat, ini cuma solusi sementara. Jangan terus-terusan ngandelin utang karena bisa jadi beban jangka panjang.
8. Buat Proyeksi Arus KasSupaya nggak kejadian lagi, coba biasakan bikin proyeksi arus kas. Catat semua pemasukan dan pengeluaran yang diperkirakan dalam beberapa bulan ke depan. Dengan begitu, kamu bisa tahu kapan bisnis kamu akan surplus atau kekurangan uang, dan bisa siap-siap dari awal.
Arus kas negatif memang bisa bikin pusing, tapi bukan berarti nggak bisa diatasi. Kuncinya adalah sadar masalahnya sejak awal, bertindak cepat, dan terus pantau kondisi keuangan bisnis secara rutin. Dengan strategi yang tepat dan konsisten, UMKM kamu bisa tetap jalan bahkan makin sehat secara keuangan. Ingat, bisnis yang lancar itu bukan cuma soal untung besar, tapi juga soal arus kas yang sehat.
Tips Menghadapi Krisis Keuangan
Dalam menjalankan usaha, apalagi skala UMKM, arus kas itu ibarat darah bagi tubuh. Kalau arus kas terganggu, bisnis bisa oleng, bahkan berhenti. Apalagi kalau lagi masa krisis—entah karena ekonomi lesu, permintaan menurun, atau biaya operasional naik. Nah, biar bisnis nggak kelabakan saat krisis, penting banget untuk tahu cara menghadapi masalah keuangan dengan arus kas yang sehat. Berikut ini beberapa tips praktis yang bisa diterapkan:
1. Catat Semua Pemasukan dan PengeluaranLangkah pertama yang penting banget adalah disiplin mencatat semua aliran uang—baik pemasukan maupun pengeluaran. Banyak pelaku UMKM yang masih mencampur uang pribadi dengan uang usaha. Ini bisa bikin arus kas jadi nggak jelas. Dengan pencatatan yang rapi, kamu bisa tahu kondisi keuangan usaha secara nyata dan lebih siap kalau ada masalah.
2. Utamakan Pengeluaran yang Paling PentingDi masa krisis, kamu harus benar-benar pintar memilah mana pengeluaran yang penting dan mana yang bisa ditunda. Prioritaskan biaya yang menunjang operasional inti, seperti bahan baku, gaji karyawan utama, atau biaya produksi. Sementara biaya promosi mahal atau renovasi toko bisa ditunda dulu. Fokus pada hal yang bikin usaha tetap jalan.
3. Tingkatkan Arus Kas MasukCari cara supaya uang lebih cepat masuk. Misalnya, kamu bisa kasih diskon untuk pelanggan yang bayar lebih cepat atau ubah sistem pembayaran jadi COD (cash on delivery). Kalau kamu jualan dengan sistem kredit, pastikan pelanggan yang berutang bisa membayar tepat waktu. Jangan ragu juga untuk follow up piutang yang belum lunas.
4. Kurangi Stok BerlebihStok yang terlalu banyak bisa jadi beban. Uangmu ‘nyangkut’ di barang yang belum tentu cepat laku. Saat krisis, lebih baik punya stok seperlunya saja. Beli barang sesuai kebutuhan dan putar uangnya untuk hal yang lebih penting.
5. Siapkan Dana Darurat UsahaKalau memungkinkan, sisihkan sebagian keuntungan usaha untuk dana darurat. Dana ini bisa jadi penyelamat saat usaha butuh tambahan dana cepat tanpa harus pinjam ke bank. Walaupun sulit, kebiasaan ini bisa bikin kamu lebih tenang kalau krisis datang tiba-tiba.
6. Cari Sumber Dana Tambahan yang BijakKalau arus kas lagi seret, kamu bisa pertimbangkan pinjaman. Tapi ingat, jangan sembarangan ambil utang. Pilih pinjaman dengan bunga rendah dan syarat yang ringan. Bisa juga cari investor atau partner yang bisa bantu modal. Yang penting, pastikan kamu bisa mengembalikannya dengan lancar.
7. Evaluasi dan Rencanakan UlangTerakhir, jangan lupa untuk rutin mengevaluasi keuangan usaha. Lihat apakah pengeluaran sudah sesuai rencana, apakah pendapatan bisa ditingkatkan, atau strategi apa yang perlu diganti. Kadang, krisis bisa jadi momentum untuk melihat kelemahan usaha dan memperbaikinya.
Intinya, menghadapi krisis keuangan bukan berarti usahamu harus berhenti. Dengan pengelolaan arus kas yang baik dan disiplin dalam keuangan, UMKM bisa tetap bertahan bahkan berkembang. Yang penting, jangan panik—tetap tenang, hitung dengan cermat, dan bertindak cepat.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kalau ngomongin soal bisnis, terutama UMKM, arus kas itu ibarat darah dalam tubuh. Tanpa arus kas yang lancar, usaha sekecil apa pun bisa ngos-ngosan, bahkan bisa tutup. Dari pembahasan sebelumnya, kita bisa tarik kesimpulan bahwa mengelola arus kas itu bukan cuma soal mencatat uang masuk dan keluar aja, tapi lebih ke bagaimana caranya menjaga keseimbangan supaya bisnis tetap bisa jalan terus, nggak seret di tengah jalan.
Banyak UMKM yang sebenarnya punya produk bagus dan pasar yang luas, tapi akhirnya keteteran karena uangnya nggak diputar dengan baik. Misalnya, banyak yang jualan laris tapi kehabisan stok karena nggak punya cukup uang buat belanja lagi. Atau sebaliknya, punya banyak stok tapi nggak bisa jual karena uangnya kepakai untuk hal-hal yang kurang penting. Nah, itu semua karena arus kas yang kurang sehat.
Salah satu penyebab utama masalah arus kas di UMKM biasanya karena kurang disiplin dalam mencatat transaksi, nggak punya perencanaan keuangan yang jelas, dan seringkali mencampur keuangan bisnis sama keuangan pribadi. Padahal, kalau kita bisa pisahkan dan atur dengan rapi, kita jadi lebih gampang ngontrol dan ambil keputusan.
Untuk itu, ada beberapa rekomendasi sederhana yang bisa mulai diterapkan pelaku UMKM agar arus kasnya tetap sehat:
1. Catat semua transaksi, sekecil apa punJangan anggap remeh uang parkir, uang kopi, atau uang kirim barang. Semua itu tetap pengeluaran. Dengan mencatat semua transaksi, kita bisa tahu ke mana aja uang bisnis pergi dan berapa sebenarnya yang kita hasilkan.
2. Pisahkan rekening bisnis dan rekening pribadiIni penting banget. Kalau uang bisnis dan pribadi dicampur, nanti bingung sendiri. Pakai rekening khusus buat usaha, biar lebih mudah dilacak dan diawasi.
3. Buat proyeksi arus kas tiap bulanCoba prediksi penghasilan dan pengeluaran dalam sebulan ke depan. Ini bantu banget buat tahu apakah ada kemungkinan kekurangan uang di pertengahan bulan dan bisa cari solusi lebih cepat.
4. Sediakan dana darurat bisnisSama kayak keuangan pribadi, bisnis juga butuh dana darurat. Nggak perlu besar, asal cukup buat jaga-jaga kalau ada pengeluaran tak terduga seperti alat rusak, pelanggan telat bayar, atau kebutuhan mendesak lainnya.
5. Percepat pemasukan, tunda pengeluaranMisalnya, tawarkan diskon untuk pelanggan yang bayar lebih cepat, tapi usahakan bayar tagihan ke supplier sesuai tempo atau bahkan pakai sistem cicilan kalau memungkinkan.
6. Gunakan teknologi atau aplikasi keuangan sederhanaSekarang udah banyak aplikasi keuangan yang gratis atau murah buat bantu UMKM kelola arus kas. Manfaatkan itu supaya pencatatan dan analisa lebih gampang.
Intinya, arus kas yang sehat bukan datang dari omzet besar aja, tapi dari cara ngelola uangnya. Dengan sedikit disiplin dan kebiasaan baik, pelaku UMKM bisa lebih tenang jalankan usaha dan lebih siap hadapi tantangan. Jadi, yuk mulai lebih peduli sama arus kas dari sekarang. Jangan tunggu sampai usaha seret baru panik cari cara.
Apakah Anda siap untuk menguasai strategi keuangan bisnis yang efektif dan mengubah nasib bisnis Anda? Ikuti e-course "Jurus Keuangan Bisnis" kami sekarang dan temukan rahasia sukses finansial yang berkelanjutan! klik di sini





Comments